UMUN 2025: Angkat Isu Perlindungan Anak dan Pemberantasan Kejahatan Transnasional di Tengah Ketidakstabilan Dunia

Jakarta, 19 Juli 2025 – Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMAHI) Universitas Nasional berhasil menyelenggarakan United Nations Model United Nations (UMUN) 2025 pada tanggal 18-19 Juli 2025 yang diselenggarakan secara online. Kegiatan ini menghadirkan simulasi sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan dua council yaitu: UNICEF Council dan INTERPOL Council. Acara UMUN 2025 dibuka secara resmi pada pukul 10:17 oleh MC Cicilia Meiliani dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars UNAS. Ketua Pelaksana Rendy Putra Pratama dalam sambutannya menekankan bahwa “UMUN bukan hanya simulasi sidang PBB, tetapi juga tempat untuk meningkatkan soft skills dan intelektualitas delegasi dalam menyusun argumen, bernegosiasi, dan memahami kompleksitas dunia internasional melalui lensa multilateral.” Ketua Umum HIMAHI 2025, Raihan Zhafran Prayogi, menambahkan pesan inspiratif: “Biarkan MUN ini tidak hanya mensimulasikan diplomasi, tetapi menginspirasi tindakan, kasih sayang, dan keyakinan. Dalam setiap resolusi yang kalian susun dan setiap argumen yang kalian presentasikan, ingatlah: suara mereka yang paling rentan layak tidak hanya didengar, tetapi dilindungi.”

UNICEF Council yang dipimpin oleh Chair Fatur mengangkat tema “Pencapaian SDG 8.7 tentang Penghapusan Pekerja Anak.” Lima delegasi yang berpartisipasi aktif adalah Australia (Stevie Rudolf dan Umar), Kanada (Raihan dan Syehan), Jerman (Victoria dan Fraya), Inggris (Cesina dan Salma), dan Amerika Serikat (Nazneen dan Jihan). Delegasi Meksiko tidak hadir sepanjang sidang. Delegasi Inggris memimpin diskusi dengan mengusulkan inisiatif AVENGERS (Child Protection Initiative) dan GIFT (Global Initiative for Financial Transfers). Amerika Serikat menyoroti fakta mengejutkan bahwa 138 juta anak masih terjerat dalam pekerja anak pada 2024, sementara Australia menekankan pentingnya pendidikan dan layanan perlindungan anak. Sidang hari kedua menghasilkan breakthrough dengan disepakatinya working paper yang memuat enam solusi utama:

  • AVENGERS: Kekuatan tugas global untuk memerangi pekerja anak tersembunyi
  • GIFT: Mekanisme transfer keuangan global untuk mendukung keluarga miskin
  • TITANS: Sistem transparansi dan integritas untuk rantai pasokan
  • Global SAFE Movement: Gerakan dukungan, akses, kebebasan, dan pendidikan
  • Learn to Live: Respons berbasis pendidikan untuk mengakhiri pekerja anak
  • SECL: Dukungan eliminasi pekerja anak

INTERPOL Council yang dipimpin Chair Fatih dan Co-Chair Fahriza membahas “Langkah Konkret Menghadapi Kejahatan Perdagangan Manusia Lintas Negara” dengan fokus khusus pada perempuan dan anak-anak sebagai kelompok paling rentan. Delapan delegasi aktif menyampaikan solusi inovatif, Inggris menekankan dukungan operasi Interpol dengan menjunjung hukum dan HAM, sementara Tiongkok memperkenalkan “No Trafficking Plan” yang komprehensif. Sudan meluncurkan inisiatif SafeLink dengan koridor kemanusiaan dan unit perlindungan mobile. Indonesia mengusulkan pembentukan “International Task Force” lintas batas, Jerman menawarkan dana bantuan dan reformasi Interpol menjadi lembaga yang lebih humanis. Filipina menyoroti peran AI dan machine learning untuk pelacakan pola eksploitasi.

Sidang hari kedua menghasilkan Draft Resolution 1.1 yang diajukan Rusia dengan dukungan Indonesia, Filipina, Sudan, Turki, Inggris, dan China. Resolusi mencakup adanya sistem perlindungan perbatasan berbasis intelijen, pembentukan Joint Task Force di wilayah rawan, penguatan koordinasi sistem Interpol (I-24/7), serta mekanisme pendanaan sukarela dari negara anggota. UMUN 2025 tidak hanya berhasil mensimulasikan diplomasi internasional, tetapi juga menghasilkan solusi-solusi kreatif untuk isu global yang mendesak. Dengan dukungan sponsor Globy, Monarq, Bonteh, dan media partner Sipaling.hi, kegiatan ini membuktikan bahwa mahasiswa Indonesia mampu berkontribusi dalam diskusi isu-isu dunia yang kompleks. Kegiatan ini ditutup dengan sesi foto bersama dan komitmen untuk terus mengembangkan kemampuan diplomasi dan kepemimpinan mahasiswa dalam menghadapi tantangan global di masa depan.

    Shafira Vanya Haura

    Mahasiswi Hubungan Internasional

    Leave a Reply